Jumat, 07 Oktober 2011

Lebaran 2011, Sepi



Lebaran 2011, Sepi

Sejumlah obyek wisata di Gunungkidul pasca lebaran mulai sepi kembali. Hal ini berbeda jauh dengan situasi lebaran pada H+1 sampai dengan H+5. Padahal pada 5 tahun yang lalu, suasana hiruk-pikuk pengunjung obyek wisata akan menampakkan nafas gairahnya hingga H+10. Pada 10 tahun yang lalu, hiruk-pikuk pengunjung lebaran sangat terasa bisa mencapai H+15. Bahkan bisa lebih dari itu. Setidaknya, suasana pantai itu akan diramaikan oleh pengunjung domistik atau lokal dan tidak sekadar ‘njagakke’ wisatawan yang kebetulan bermudik lebaran.
            Sejumlah wisata pantai yang menampakkan penurunan pengunjung itu, diantaranya terjadi di Pantai Baron, Kukup, Sundak, Wediombo, Sadeng, Krokoh, dan Baron Sadeng. Hal ini nampak kontradiksi dengan harapan Dinas Pariwisata Gunungkidul yang menargetkan tempat wisata Pantai Baron bias meraih Rp 400 juta selama 7 hari libur lebaran. Optimisme Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul, Suryo Aji, bisa jadi tidak tercapai jika melihat geliat lebaran tahun ini, meskipun perlu dilakukan konfirmasi lagi kepada yang bersangkutan.
Berdasarkan pantauan saya selama lebaran tahun ini, menampakkan animo masyarakat wisata ke sejumlah obyek wisata tampak berkurang jauh, dibandingkan dengan tahun lalu. Atau, tahun-tahun sebelumnya.
            Kendati hingga sekarang belum didapatkan angka riil pengunjung ke obyek wisata, namun realitas di lapangan menunjukkan banyaknya keluhan dari para pedagang yang mengaku bahwa omset dagangannya menurun dibandingkan dengan tahun lalu.
            “Dibandingan tahun lalu, lebaran tahun ini menurun,” ujar Subar, pedangang di Pantai Sadeng. Keluhan senada juga disampaikan pedagang di Baron, Kukuk, Wediombo dan Pantai Drini.
            Memang untuk mencapai jumlah pengunjung wisata pantai yang optimal, idealnya tidak hanya disuplai dari wisatawan domestik yang kebetulan sedang mudik lebaran. Menurut Ketua Kelompok Nelayan Sadeng, masyarakat setempat dan wisatawan dari berbagai daerah yang ikut meramaikan situasi pantai, justru jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan pengunjung temporer itu.
            “Maka kalau kita mengharapkan greget kunjungan ke pantai bisa stabil, justru jangan hanya berharap dari pengunjung mudik lebaran,” timpal Kades Songbanyu, Prihadi.
            Apa yang dikemukakan Prihadi itu, tentu masuk logika juga. Sebab, setiap tahun orang-orang desa yang bekerja di kota mengalami masalah yang makin kompleks. Menurut Prihadi, dari seratus orang desa yang mengadu nasib di kota, tidak lebih dari 5 orang yang sukses. Padahal yang sukses itu tidak mesti mereka mudik lebaran.
            “Maka yang ideal justru membangun pangsa wisata pantai yang lebih stabil dengan memanfaatkan masyarakat sekitar pantai dan juga promosi yang gencar ke sejumlah daerah. Tentu saja promosi itu dilakukan, berbarengan dengan memoleh pantai yang dipromosikan itu agar menjadi layak jual,” kata Wahono, salah satu perangkat desa di Gunungkidul. ***  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar