Rabu, 19 Mei 2010

Ketua Karang Taruna, Sarwanto HS, diminta untuk memberi pembekalan kepada Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang melakukan praktek kerja lapangan di wilayah Songbanyu. Materi yang diminta dari Pak Dosen dan Ketua  Panitia dari UNY tentang kegiatan kepemudaan, aktivitas pertanian, nelayan, serta kegiatan kemasyarakatan terkait dengan masalah-masalah sosial dan budaya. Meski forum ini, sangat cair, tapi bercerita tentang hal-hal demikian bagi kami tidaklah gampang. Kami perlu menyiapkan konsep terulis, hingga nglembur, lantaran mahasiswa menginginkan ada data-data tertulis yang akan dijadikan tambahan pijakan untuk meneliti dan mengamati gerak-aktivitas masyarakat. Mahasiswa memang pusat kecerdasan. Bagi kami dan semangat dan inspirasi untuk lebih berbakti kepada masyarakat. Dari hasil ngomong-ngomong, eh ternyata masih banyak yang belum kami lakukan. Kami sontak dan juga terkaget-kaget. Apa yang selama ini di depan mata kita, ternyata sering luput dari perhatian kami. Kami terus-terang sedih. Tapi kami sadar betul akan keterbatasan yang kami miliki. Akhirnya, kami memiliki kesimpulan sementara, yah apa yang bisa kami kerjakan, kami kerjakan. Kami sekarang takut untuk berbicara muluk-muluk, karena kadangkala realiatas lebih jujur ketimbang angan-angan dan mimpi. Tapi kadangkala kami butuh juga mimpi itu, teruatama disaat sedang lesu darah dan kepala ini benar-benar 'blank' . Kami butuh cinta, bukan caci maki dan hinaan. Kami butuh kasih sayang dan bimbingan dalam menata langkah dan hidup ini. Syukur perjalanan ini bernafas pahala dan bukan sia-sia. Amin. Salam untuk rekan muda atau siapun yang berkenan membaca tulisan ini. Kepada semuanya kami ucapkan terima kasih.

Senin, 17 Mei 2010

MANCING BERSAMA MUDA-MUDI

Ular Oh.... Ular, Jangan kau tinggalkan kami

Nangkap Ular Sebelum Ngaji

Inilah rombongan jamaah masjid As-Salam, yang bukan saja piawai mengaji, namun ternyata cukup punya nyali menangkap ular besar yang menghalang-halangi langkah mereka saat mau menghadiri acara pengajian akbar di Ngrancah. Ular sepanjang 4 meter lebih itu melintas di tengah jalan di Suling. Suling juga disebu situs Bengawan Solo Purba. Konon, di lembah yang saat itu sedang menjadi tujuan Sang Ular, adalah sungai besar yang terhubung ke Bengawan Solo. Lembah inilah kemudian disebut dengan Bengawan Solo Purba. Sang Ular ditangkap. Kalau tidak ditangkap bisa membahayakan pengendara kendaraan, terutama sepeda motor. Saya ngeri melihatnya. Cukup menerangi ular itu dari jarak 20an meter dengan lampu sepeda motor. Sebab rombongan yang diangkut dengan truk itu baru tiba sekitar 30 menit kemudian. Sementara 3 orang, yakni: pak Katmin, Ageng dan Lia (cewek lho/di foto yang mengenakan kerudung itu), "bertarung" dengan ular, agar ular tak masuk ke lembah. Mereka pegangi dan mereka tarik di bagian ekornya, sampai katanya tangan mereka "gringgingen"/ rada mati rasa, sebab 30 menit lebih mereka harus menahan laju Sang Ular yang tenaganya cukup kuat itu.****

Inilah dekorasinya, baca dengan cermat meski rada ruwet untuk dibaca

Pak Bupati meresmikan relokasi SD Gabugan, menjelang masa resmi kampanye pemilukada di Gk.

Pak Sugeng, Ketua Karang Taruna Kecamatan dan juga tokoh sangat berpengaruh di Girisubo, mungkin mumet ngrasakke kahanan negoro iki

Dialog dan Musyawarah adalah yang terbaik ketimbang diam-diaman dan beku

Masih saat diskusi itu: Kemiskinan tak perlu diwariskan

DISKUSI BERSAMA IRE

Inilah Orang-orang yang kemudian melahirkan tim sepuluh.

Mungkin akan membuat petisi 10. Saya juga nggak tahu. Lha wong baru besok pagi jam 9, sepuluh orang ini akan ketemu di Wisma Joglo dengan didampingi teman-teman dari IRE

DIUNDANG SEMINAR DI BAPEDA GK: KOYO PEJABAT WAE, LIK

Kepala Desa Songbanyu, Prihadi dan Ketua Karang Taruna, Sarwanto HS diundang IRE dalam sebuah diskusi tentang 'mencermati kemiskinan: penyebab dan solusinya' di Kabupaten Gunungkidul. Diskusi digelar di Kantor Bapeda Gk, lantai 2. Gayeng. Semua komponen pemerintahan dihadirkan, termasuk anggota DPRD Kabupaten Gunungkidul. Tapi sayang, Pak Anggota DPRD landai-landai saja dalam menanggapi maslah kemiskinan ini. Tampaknya mereka mulai kebal dan hilang sensitifitasnya terhadap kemiskinan. Membicarakan kemiskinan, bagi mereka seolah-olah bukanlah tema yang menarik. Tapi tidak tahu lho kalau temanya dirubah tentang proyek apa dan dapat komisi berapa. Ya Allah, kami hanya bisa berdoa kepadamu. Bukan pikiran dan alam bawah sadar mereka. Hidup tidak berarti apa-apa, jika tidak bermanfaat bagi orang lain. Di ujung sana, di Kabupaten Kemiskinan ini, sebagaiman digambarkan dalam cerpennya Nugroho Noto Susanto "Gunungkidul", ini ada persoalan di depan mata kita. Tapi kenapa kita menjadi tidak tahu sama-sekali. Mbok sekali-sekali kalau tidak tahu mencari tahu kepada orang yang tahu. Seperti Sang Buta yang mau setia dengan tongkatnya????