Jumat, 08 Oktober 2010

Tangisan Haru Bercampur Bahagia, Menyambut Kedatang an 4 Nelayan yang dinyatakan "Sudah Dihentikan Pencariannya"itu. Artinya, mereka telah diikhlaskan oleh yang mereka yang peduli mencarinya

Kembalinya 4 Nelayan Songbanyu: 17 Hari Menyabung Nyawa


Kepada Yth.
Bupati Gunungkidul
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sumpeno Putro, M.Sc 
di
     Tempat
Karang Taruna TUNAS HARAPAN Desa Songbanyu bersama seluruh warga memanjatkan syukur yang tiada henti-hentinya terhadap kembalinya 4 warga Songbanyu yang terkena musibah saat melaut dengan berangkat dari Pantai Sadeng dan selama 17 hari terombang-ambing di tengah lautan, yang akhirnya ditemukan oleh temannya sendiri, sesama nelayan. Terhadap kejadian tersebut, semoga menjadi hikmah bagi kita semua dengan harapan jika di kemudin hari masih  terjadi hal yang sama, kita bisa bercermin dari kejadian yang lalu. Dalam kaitan itulah, kami perlu menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1.        Memanjatkan puji syukur yang tiada henti-hentinya karena 4 warga kami sudah bisa kembali berkumpul dengan keluarganya dalam keadaan utuh dan sehat-walafiat.
2.       Kepada TIM SAR yang bertugas di Sadeng pada khususnya dan Tim SAR Kabupaten Gunungkidul pada umumnya , kami memberikan apresiasi yang tinggi  atas kinerja “kemanusiaannya” dalam setiap kejadian musibah di pantai dan di laut, khususnya upaya-upaya pencarian terhadap 4 warga Desa Songbanya yang mengalami kecelakaan di laut, belum lama ini.
3.       Kepada pemerintah kami mohon hendaknya kepada TIM SAR diberikan peralatan yang lebih modern lagi untuk menunjang kegiatan-kemanusiaan yang dilakukan oleh mereka. Sebab, realitanya, merekalah yang selama ini bergerak lebih cepat dan tanpa mengenal lelah terhadap berbagai musibah yang terjadi di Sadeng. Mereka kami pandang bisa “dijagakke”. Keberadaan mereka benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan selama ini kegiatan mereka riil ada didalam kerja-kerja kemanusiaan, tanpa pamrih.
4.       Kejadian ini hendaknya menjadi pengalaman berharga bagi kita semua (masyarakat dan pemerintah) dan jangan sampai menjadikan kita sebagai warga Songbanyu menjadi takut menjadi nelayan. Sebab, dengan menjadi nelayan kita berharap bisa menjadi harapan baru bagi warga Songbanyu untuk memperbaiki kesejahteraan ekonomi kita.
5.       Dari pengalaman tersebut kepada nelayan, menjadi pengalaman berharga utamanya dalam menjaga kehati-hatian dalam melengkapi diri dengan ketrampilan kenelayanannya maupun peralatan pengamanan  ketika hendak melaut.
6.       Kepada pemerintah dan lembaga terkait, hendaknya terus memberikan pelatihan ketrampilan, maupun pelatihan pengamanan diri ketika terjadi masalah-masalah di tengah lautan.
7.       Kepada pemerintah hendaknya jangan terlalu cepat mengambil keputusan menghentikan pencarian, ketika menghadapi masalah kecelakaan di tengah laut. Hal-hal lebih spesifik yang kami mohonkan kepada pemerintah adalah sebagai berikut:
a.       Pemberian bantuan alat komunikasi yang memadahi kepada para nelayan kita.
b.      Pemberian pelatihan sistem komunikasi yang cepat dan efektif kepada para nelayan dan lembaga-lembaga terkait yang  memonitor kegiatan para nelayan.
c.       Pelatihan dalam menghadapi  situasi kritis dan darurat di tengah laut dan upaya meminta pertolonganPelatihan dalam menghadi situasi kritis dan darurat di tengah laut dan upaya meminta pertolongan ke darat dengan cepat.
d.      Mendorong Polairud dan Angkatan Laut yang ada di Sadeng agar menjadi garda terdepan ketika terjadi musibah/kecelakaan di tengah lautan. Sebab, menurut hemat kami mereka itu adalah alat negara yang memang diberikan ketrampilan dan peralatan yang memadai  dalam memberikan pertolongan yang cepat dan efektif kepada para nelayan yang menghadapi “masalah” di tengah lautan. Menurut kami, kedua lembaga ini memang paling berkompeten didalam kerja-kerja kemanusiaan.
e.      Mohon segera menghentikan tindakan memperlakukan nelayan sebagai “sapi perahan” oleh sementara pihak yang ada di daratan, ketika nelayan membawa hasil tangkapan ikannya. Kegiatan meminta sebagian dari hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan yang mereka sebut “mer-kemer”,  sangat merugikan nelayan karena sesungguhnya berbau premanisme yang dilakukan oleh lembaga legal ataupun non legal. Selain itu, juga tidak ada timbal-balik yang signifikan ketika nelayan mendapatkan masalah di tengah lautan di saat mencari ikan. Mereka yang dengan mudahnya mendapatkan dan menikmati ikan secara gratis, ternyata tidak berbuat apa-apa ketika nelayan berperang melawan maut di tengah lautan.
Demikian surat pernyataan ini kami sampaikan dengan penuh kesungguhan dan tanpa pretensi apapun, kecuali hanya semata-mata demi kemanusiaan kepada para nelayan yang mengalami musibah, dengan harapan jika kelak kemudian hari terjadi musibah di pinggiran laut dan di tengah lautan, kita semua bisa melakukan upaya pertolongan dengan maksimal. Selain itu, kita pun berharap bahwa upaya kita menjadikan Sadeng sebagai Minapolitan,  Megapolitan dalam upaya mengangkat PAD dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya, dengan tetap menghargai nyawa manusia (HAM) sebagaimana sudah diatur oleh konstitusi negara RI.
Demikian ada kuranglebihnya kami mohon maaf.
Songbanyu, 15 September 2010 

Sarwanto HS (Ketua)


Suliman (Sekretaris


Mengetahui:

Prihadi (Kepala Desa)


Tembusan Yth.
1.        Gubernur DIY.
2.       Bapak Kapolda DIY.
3.       Dan Lanal di Yogyakarta.
4.       Ketua DPRD Propinsi DIY.
5.       Ketua DPRD Gunungkidul.
6.       Dinas Kelautan DIY.
7.       Dinas Kelautan Gunungkidul.
8.       Kapolres Gunungkidul.
9.       Camat Girisubo
10.   Kades Pucung
11.   Polairud di Sadeng
12.   Dinas Perhubungan di Sadeng
13.   Ketua Paguyuban Nelayan
14.   Para Nelayan
15.   Media Massa.
16.   Arsip.