Jumat, 07 Oktober 2011

RENDRA: ORANG-ORANG MISKIN DARI KEMAH IBRAHIM




    Bagaimana mungkin kita bernegara bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya. Bagaimana mungkin kita berbangsa bila tidak mampu mempertahankan kepastian hidup bersama. (Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api).
    Menganjurkan mengganyang pelacuran tanpa menganjurkan mengawini para bekas pelacur adalah omong kosong (Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta).
    Kenangkanlah, orang-orang miskin juga berasal dari kemah Ibrahim (Orang-orang Miskin).
    Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan. Sumber keamanan seharusnya adalah hukum dan akal sehat. Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan (Pamplet Cinta).
    Apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan (Sajak Sebatang Lisong).
    Mengapa harus kita terima hidup begini? Seseorang berhak diberi ijasah dokter, dianggap sebagai orang terpelajar, tanpa diuji pegetahuannya akan keadilan. Dan bila ada tirani merajalela, ia diam tidak bicara. Kerjanya cuma menyuntik saja (Sajak Anak Muda)
    Hidup menghiba, gaya mengaduh tidak berguna. Kenyataan hidup yang ada digarap saja (Pantun Keuletan Hidup).
    Tidak semua orang punya rumah. Tidak semua hari punya nasi. Benih telah ditabur, tidak semua menjadi (Nyanyian Pengantin).
    Apabila agama menjadi lencana politik, maka erosi agama pasti terjadi. Karena politik tidak punya kepala. Tidak punya telinga. Tidak punya hati. Politik hanya mengenal kalah dan menang. Kawan dan lawan. Peradaban yang dangkal (Syair Maskumambang).
    Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam. Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. Tidak mengandung perdebatan. Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan (Aku Tulis Pamplet Ini).
    TTD: RENDRA


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar